Artikel Pemanasan Global - Hallo pembaca WHT
Web Hosting Indonesia, kali ini saya akan sharing hosting Artikel Pemanasan Global, saya telah mereview dan membuat tutorial untuk pembaca setia, berikut artikel yang kami buat khusus untuk anda pembaca WHT.
lihat juga
Artikel Pemanasan Global
Planet bumi masih menunjukan aktifitasnya dan dari aktifitas internal bumi ternyata menimbulkan dampak terhadap bumi itu sendiri, dampak tersebut antara lain berupa kenaikan suhu bumi. Aktifitas internal bumi yang berpengaruh pada pemanasan global di bagi atas 2 golongan yaitu proses Vulkanik gunung berapi dan proses pembusukan sampah organik.
1. Proses Vulkanik gunung berapi
Gunung berapi yang masih aktif akan mengeluarkan material dari perut bumi saat meletus. Pada letusan yang sangat kuat, material berupa batu, pasir dan debu (abu) dan natural aerosol yang akan terlempar ke atas. Natural aerosol dari letusan gunung berapi merupakan campuran antara cairan dan padatan yang ada pada debu (abu) vulkanik. Batu dan pasir akan segera jatuh kembali ke bumi, tetapi natural aeresol dan debu (abu) masih dapat melayang ke atmosfer sebelum jatuh ke bumi. Berapa lama natural aerosol dan debu vulkanik berada di atmosfer tergantung pada kuat dan tinggi ledakan gunung berapi.Natural aerosol dan debu vulkanik yang melayang ek bumi akan jatuh (turun) kembali kebumi. Dalam proses jatuhnya di kenal dengan jatuhan awal dan jatuhan yang tertunda.
Jatuhan awal merupakan jatuhan yang jatuh (turun) tidak lama setelah gunung berapi meletus. Jatuan awal tergolong jatuhan lokal dengan sebaran jatuh debu vulkanik yang tidak terlalu jauh dari gunung berapi tersebut. Faktor angin yang bertiup mempengarui letak jatuhan. Jatuhan awal ini relatih tidak berpengaruh pada kenaikan panas global, kecuali kenaikan panas lokal diseputaran gunung berapi. Sedangkan jatuhan tertunda dapat menimbulkan pemanasan global karena debu vulkanik selama masih berada di atmosfer akan membentuk selimut yang dapat menahan panas yang di pantulkan dari permukaan bumi seningga panas akan terperangkap di atmosfer.
2. Proses pembusukan sampah organik
Sampah organik yang di tampung pada tempat pembuangan akhir sampah (TPA) akan mengalami proses pembusukan secara alamiah. Dalam proses pembusukan secara alamih tersebut sampah akan mengeluarkan gas methan (CH4). Oleh karena itu pengumpulan dan penampungan sampah di tempat pembuangan akhir hanya merupakan penyelesaian sementara, terutamap dikaitkan dengan kebersihan kota. Tempat pembuangan sampah akhir yang membirkan terjadinya pembusukan justru akan menimbulkan masalah baru, sumber pencemaran gas methan (CH4) yang terjadi secara alamiah.
Gas mathan (CH4) merupakan salah satu komponen gas rumah kaca yang kekuatanya 21 kali lipat dibandingkan dengan karbon dioksida (CO2) dan ini jelas sangat berpengaruh terhadap pemantulan panas dari bumi kembali ke bumi. Pembebesan gas methan secara alami dari proses pembusukan sampah organik lepas ke atmosfer tak terkendali. Pembusukan sampah organik dapat juga terjadi pada limbah pertanian, kotoran ternak, dan lain sebagainya.
3. Pengaruh Aktifitas Manusia
Gas-gas rumah kaca penyebab efek rumah kaca yang dikhawayirkan manusia sebagai penyebabkan kenaikan suhu ternyata juga dihasilkan oleh aktifitas manusia. Secara tidak langsung, manusia ikut andil dalam pemanasan global, melalui gas rumah kaca yang timbul akibat aktivitas manusia itu sendiri. Beberapa aktivitas manusia yang menghasilkan gas-gas rumah kaca adalah sebagai berikut :
1. Transportasi
2. Industri
3. Pembuangan sampah
4. Pembakaran stasioner, dan
5. Lain-lain
A. Akibat Pemanasan Global
1. Dampak terhadap Atmosfer
Pergeseran musim
Kembali pada masalah musim di Indonesia yang hanya mengenal musim hujan dan musim kemarau yang di akibatkan adanya perubahan arah angin yang melewati khatulistiwa. Perubahan arah angin tersebut disebabkan oleh pergeseran kedudukan matahari dari lintang utara kelintang selatan dan sebaliknya. Musim hujan terjadi saat matahari bergerak dari khatulistiwa ke arah lintang selatan dan kembali lagi ke arah khatulistiwa yaitu pada bulan Oktober sampai bulan Maret. Adapun musim kemarau terjadi pada saat kedudukan matahari bergerak ke arah lintang utara ke arah khatulistiwa dan kembali lagi ke arah khatulistiwa yaitu dari bulan April sampai September. Lama musim hujan dan musim kemarau secara normal yaitu berkisar 6 bulan. Bila terjadi pergeseran (perubahan) musim akibat adanya pemanasan global maka waktu musim hujan atau musim kemarau bisa lenih panjang atau lebih pendek dari pada waktu normalnya. Kalau hal itu terjadi, bencana banjir atau bencana kekeringan yang di ikuti dengan bencana kelaparan akan menimpa umat manusia, seperti yang dialami penduduk Afrika belum lama ini.
Banjir dan tanah longsor
Pada musim hujan angin banyak membawa uap air dari lautan Hindia yang akan dijatuhkan sebagian ke daratan Indonesia. Adanya perubahan suhu Atmosfer bumi karena pemanasan global jelas akan mempengaruhi arah angin dan ini berartia akan terjadi perubahan musim. Perubahan musim pada saat ini dapat dirasakan dengan adanya musim hujan yang berkepanjangan, sehingga sehingga mengakibatkan banjir dan tanah longsor di berbagai belahan bumi. Banjir dan tanah longsor adalah bencana yang mengancam umat manusia apabila tidak dilakukan penanggulangan pemanasan global. Banjir dan tanah longsor merusak lingkungan hidup, banyak tanaman pangan pangan rusak akibat tergenang air bah. Selain itu, sejumlah besar pemukiman penduduk rusak akibat diterjang banjir tanah longsor, demikianpun dengan sarana umum seperti sekolah, tempat ibadah dan pasar.
Kekeringan dan Bencana Kelaparan
Musim hujan yang berkepanjangan akan menyebabkan musim hujan yang berkepanjangan dibelahan bumi lainya. Musim kemarau yang berkepanjangan akan menyebabkan kekeringan dan kekurangan air yang berujung pada kegagalan panen. Sudah barang tentu hal ini berakibat bencana kelaparan yang diikuti dengan bencana penyakit. Keadaan ini sudah pernah terjadi di afrika dan menimbulkan banyak korban dan kematian. Bencana kekeringan, kesulitan air, gagal panen, bencana kelaparan, merebaknya berbagai penyakit yang menggigat banyak korban adalah bencana yang menimpa umat manusia akibat terjadinya pemanasan global, Kebakaran hutan dan meluasnya tanah gundul.
B. Dampak terhadap Hidrosfer
1. Luas daratan kutub berkurang
Wilayah kutub Utara dan kutub Selatan terutama terdiri atas lapisan es yang semula adalah air laut yang membeku dari laut Arktik yang menjadi daratan kutub Utara dan laut Antartika yang menjadi daratan kutub selatan. Jadi, daratan yang ada pada kedua kutub tersebut adalah lapisan es yang tampak megapung di atas laut Arktik dan Antartika. Bagian yang mengapung dan tampak menhadi daratan hanya sebagian kecil dari bongkahan es raksasa. Kibat dari pemanasan global yang berlangsung makin berkembang maka es-es raksasa pun mulai mencair dengan perlahan dan yang menjadi korban adalah ekosostem yang ada baik hewan (beruang kutub), dan Manusia (suku eskimo).
2. Tinggi permukaan air laut, kadar garam, dan suhu air laut berubah
Perubahan fisik air laut berupa tinggi permukaan air laut, kadar garam dan suhu air laut berubah karena pemanasan global. Perubahan tersebut diakibatkan karena melelehnya es kutub Utara dan kutub Selatan.Es yang memeleh menjadi air laut sudah barang tentu akan menambah volume air laut, sehingga permukaan air laut akan naik. Selain itu, kadar garam air laut berubah menjadi lebih rendah dari kadar semula. Perubahan kadar garam air laut jelas akan berpengaruh terhadap makhluk hidup yang ada dilaut.
Usaha Penanggulangan Pemanasan Global
A. Tindakan Teknis
Tindakan teknis adalah suatu usaha penaggulangan dampak pemanasan global yang secara teknis dapat segera dilakukan untuk penyelamatan lingkungan,terutama berkaitan dengan dampak pemanasan global.
1. Pemanenan GRC CH4
Pada saat ini pembuangan sampah organik ditampung pada tempat pembuangan akhir (TPA) hal itu dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi (pembusukan) secara alami. Proses pembusukan sampah tersebut akan mengeluarkan methan (CH4) yang merupakan gas runah kaca sangat berbahaya. Tempat pembuangan sampah yang membiarkan sampah mengalami pembusujan secara alami adalah masalah baru. Dengan masalah tersebut harus dilakukanya pemanenan gas rumah kaca CH4 yang keluar dari pembusukan sampah secara alamiah.Hasil panen gas CH4 tersebut dapat dimanfaatkan kepentingan rumah tangga atau kepentingan lain sebagai pengganti bahan bakar. Adapun prinsip pemanenan gas rumah kaca adalah penampungan limbahorganik kedalam converter atau digester. Setelah proses pembusukan limbah organik berjalan maka gas CH4 akan keluar dari proses pembusukan sampah. Gas methan yang keluar kmudian disalurkan ke wadah penampungan (tangki). Khusus. Gas methan yang terkumpul ini bisa menjadi bahan bakar. Cara mengubah limbah organik ini sudah banyak dilakukan dipedesaan bahkan ada beberapa tempat pembuangan akhir yang sudah disediakan alat dilgester ini.
2. Pemanfaatan Limbah Menjadi Pupuk Organik
Limbah organik yang di hasilkan Manusia atau antropogenic waste cukup banyak dan bila dimanfaatkan maka akan mengalami proses pembusukan atau dekomposisi yang mengahasilkan gas CH4. Agar tidak menghasilkan gas CH4 pemanfaatan limbah organik harus dilakukan dengan proses aerob sehingga gas yang keluar adalah CO2. Walaupun termasuk gas rumah kaca, gas CO2 masih lebih lunak atau potensi penyebab efek rumah kaca masih lebih rendah dari pada CH4. Daya potensi gas CH4 menyebabkan efek rumah kaca lebih kuat kira-kira 21 kali gas CO2.
Pemanfaatan limbah organik menjadi pupuk organik harus dilakukan dengan cara aerob. Pupuk organik yang dihasilkan dapat digunakan untuk pemupukan sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman lainya. Pemakaian pupuk organik jauh lebih baik dari pada pupuk kimia (anorganik). Untuk mempercepat proses dekomposisi, ke dalam limbah organik diberi biodekomposer. Biodekomposer banyak digunakan dalam proses pemanfaatan limbah organik menjadi kompos (pupuk tananaman).
3. Reboisasi lahan gundul
Penghijauan lahan gundul adalah bagian dari usaha konservasi alam atau pelestarian alam yang telah rusak akibat ulah manusia. Penghijauan lahan gundul dapat diharapkan dapat mengurangi bencana yang diakibatkan oleh pemanasan global Penghijauan lahan gundul berdampak antara lain :
Mengurangi bencana tanah longsor untuk daerah perbukitan dan mengurangi abrasi laut untuk daerah lahan pantai, Menahan dan menyeimbangkan permukaan air tanah serta menahan industri air laut Memelihara keanekaragaman hayati
4. Menaikan kadar oksigen dalam udara lingkungan
B. Tindakan non teknis
Adapun tindakan nonteknis yang dimaksud adalah melaksanakan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup. Apabila perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup dapat dilaksanakan dengan baik, tentu akan meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik pula.
C. Gerakan Nasional
Gerakan nasional untuk mencegah pemanasan global harus dimulai dari sekarang. Agar gerakan nasional ini dapat secara serempak diikuti oleh segenap lapisan masyarakat, harus dimulai dan diberi contoh oleh pemerintah. Pemerintah selaku promotor gerakan nasional ini harus dapat memberi contoh program-program yang dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat dalam waktu yang tidak relatif terlalu lama. Misalnya, pemerikasaan, pengawasan dan penertiban pengelolaan sampah dan pencemaran udara (polusi).
D. Gerakan Internasional
Apabila gerakan nasional dilakukan oleh setiap negara yang peduli terhadap masalah lingkungan hidup maka gerakan internasional akan lebih mudah untuk digalang secara bersama-sama. Gerakan internasional dapat diawali oleh negara-negara yang terletak pada suatu kawasan, kemudian di kembangakan ke kawasan lain. Sebagai contoh, negara-negara yang terletak pada suatu kawasan, seperti negara-negara anggota ASEAN ataupun negara-negara anggota SAC yang terdiri atas India, Pakistan, Bangladesh, Nepal, Srilanka, Dan Maladewa.
Seandainya negara yang terletak pada suatu kawasan mempunyai kepedulian yang sama terhadap masalah lingkungan hidup maka kerjasama bisa di tingkatkan antar kawasan. Contohnya kerjasama antar kawasan ASEAN dengan SAC dan dengan negara-negara teluk. Setelah kerja sama antar kawasan dicapai, selanjutnya dapat ditingkatkan lebih jauh menjadi kerjasama antar negara di seluruh dunia di bawah bendera PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)