Ejaan Lama vs EYD dan EBI - Hallo pembaca WHT
Web Hosting Indonesia, kali ini saya akan sharing hosting Ejaan Lama vs EYD dan EBI, saya telah mereview dan membuat tutorial untuk pembaca setia, berikut artikel yang kami buat khusus untuk anda pembaca WHT.
lihat juga
Ejaan Lama vs EYD dan EBI
Oleh : Muzakir Rahalus
Anggota KSL (Kumpulan Sastra Lama) begitu tidak diterima saat mereka menulis puisi. Mereka dianggap seperti sekumpulan anak-anak yang tak tahu penggunaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
Mereka jarang menulis puisi di maya seperti Facebook. Mereka lebih cenderung menulis di dunia nyata, seperti para pujangga lainnya. Pasalnya, ada beberapa anggota KSL yang kurang menyukai karya para sastrawan. Mereka lebih menyukai karya para pujangga. Tapi, ada juga yang menggabungkan antara sastrawan dan pujangga.
Karena tidak menyukai menulis puisi di Facebook, keberadaan mereka di sini hanya ingin mencari anggota, untuk sama-sama mempertahankan sastra lama. Akun-akun mereka pun begitu menyeramkan. Ada yang menggunakan nama "Makam Usang", " Kematianku Dibatu Nisan", dan yang lainnya. Dan, pada saat itu saya pernah tertarik untuk bergabung bersama mereka. Satu hal, karena niat mereka yang begitu sosial. Masing-masing KSL harus membantu anak-anak miskin yang terlantar di tengah kota. Entah mereka lakukan dengan mengamen, sampai pada hal yang paling mustahil menurut saya, yakni mendonorkan organ mereka.
Informasi terakhir yang saya peroleh dari Makam Usang, bahwa KDN (Kematianku Dibatu Nisan) atau Arif Wirawibowo (waktu itu dia pernah mengganti nama dengan nama aslinya), meninggal dunia karena mendonorkan otaknya. Semoga amalnya diterima di sisi-Nya, amin.
Mungkin, setelah membaca ini ada dari kalian yang pernah membaca karya-karya mereka. Bahkan, ada juga yang pernah mengkritik karya mereka, karena tadi. Masalah "EYD". Perlu untuk diketahui, bahwa kesalahan-kesalahan itu hanyalah faktor kesengajaan yang mereka buat, karena mereka tidak suka berkarya di dunia maya.
Kembali ke masalah EYD. Dengar-dengar EYD telah dimodifikasi namanya menjadi EBI (Ejaan Bahasa Indonesia). Dan regulasinya telah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Tapi, nanti Anda cari saja Permendikbud nomor berapa. Yang pasti, EYD tidak dipakai lagi.
Saya jadi berpikir, ketika ada orang yang masih mempertahankan Ejaan Lama, maka akan dibully oleh orang yang menggunakan EYD. Apakah sekarang, ketika kita masih menggunakan EYD, akan dibully juga oleh " pakar EBI"? Entahlah. Mari minum kopi sewajarnya saja, untuk memancing daya kreativitas!
(Pembunuh Kematian)
Mentjintaimu sewadjar sejummu jang lama.
Manado, 8 Mei 2016