Pengantar Ilmu Ukur Kayu - Hallo pembaca WHT
Web Hosting Indonesia, kali ini saya akan sharing hosting Pengantar Ilmu Ukur Kayu, saya telah mereview dan membuat tutorial untuk pembaca setia, berikut artikel yang kami buat khusus untuk anda pembaca WHT.
lihat juga
Pengantar Ilmu Ukur Kayu
Pengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu. Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat merupakan faktor penentu utama yangmempengaruhi keotentikan data yang diperoleh. Semakin bagus alat yang dipergunakan maka semakin baik pula hasil pengukuran yang akan didapat. Demikian pula halnya dengan kemampuan pengamat dalam pengukuran, semakin baik dalam penggunaan suatu alat maka semakin baik pula data yang dikumpulkan. (Baca Juga : Pengertian Kayu ) Volume merupakan salah satu parameter yang paling penting dalam inventore secara obyektif. Sayangnya terlalu banyak dokumen inventore dimana itu tidak ditetapkan secara jelas beberapa diameter setinggi dada minimum, beberapa bagian dari pohon yang diperhitungkan, apakah volume dengan kulit atau tanpa kulit, apakah volume bruto atau tidak memasukkan bagian-bagian yang cacat, yang kriteriannya adalah untuk tidak menyertakan bagian-bagian yang cacat.Baca Juga : Pengertian Analisis Vegetasi Untuk mendapatkan gambaran tentang karakteristik pohon sebagai penentu volume pohon, dalam tulisan ini akan diuraikan beberapa macam dimensi pohon yang meliputi diameter batang, tinggi pohon, dan faktor bentuk batang.
Volume pohon adalah ukuran tiga dimensi, yang tergantung dari lbds (atau diameter pangkal), tinggi atau panjang batang, dan faktor bentuk batang. Cara penentuan volume batang dibedakan antara cara langsung dan cara tidak langsung (Anonim,1998).
Cara penentuan volume yang cermat bagi batang pohon yang memiliki bentuk yang tidak teratur adalah dengan menggunakan alat Xylometer, yaitu dengan cara memasukan batang pohon ke dalam bak air dan menghitung kenaikan permukaan air yang kemudian dihitung volumenya. Cara ini tentu saja tidak dapat dipakai untuk mengukur volume pohon yang masih berdiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui volume pohon yang masih berdiri adalah dengan menggunakan rumus penaksiran (Husch, B. 1987)
Penaksiran volume pohon yang masih berdiri dapat dipisahkan menjadi 4 cara yaitu : (Husch, B. 1987)
1. Penaksiran secara okuler
2. Penaksiran volume dengan persamaan dan tabel volume
3. Penaksiran volume dengan mengukur diameter batang pada berbaga ketinggian
4. Penaksiran volume dengan model pohon
Penentuan volume cara tidak langsung, dilakukan dengan metode grafis atau dengan menggunakan persamaan volume.Penentuan volume metode grafis pada dasarnya adalah dengan cara memplotkan pasangan data diameter atau lbds dan tinggi atau panjang masing-masing pada sumbu absis dan sumbu ordinat dari diagram cartesius, sehingga dapat dibuat garis yang menghubungkan titik-titik koordinat yang berurutan membentuk sebuah kurva yang menggambarkan pola bentuk batang. Kemudian dihitung luas daerah dibawah kurva di atas sumbu absis. Volume batang adalah luas daerah dikalikan dengan sebuah konstanta yang besarnya tergantung faktor skala dan pengaruh satuan absis maupun ordinat (Simon, H. 1987).Baca Juga : Pengantar Silvikultur Bentuk geometris yang paling mendekati bentuk pohon adalah silinder. Sehingga rumus-rumus penentuan volume batang pada umumnya mengacu kepada rumus volume silinder dengan berbagai macam penyesuaian. Rumus volume silinder adalah : V = BH ; di mana : B = lbds ; H = tinggi atau panjang. Untuk pohon di mana nilai diameternya bervariasi dari pangkal hingga ke ujung batang, maka permasalahannya adalah menentukan diameter mana yang akan digunakan untuk menghitung lbds-nya. Rumus volume silinder terkoreksi menghitung volume dengan menggunakan dbh atau diameter pangkal untuk menghitung lbds-nya, kemudian nilai volume yang diperoleh dikalikan lagi dengan sebuah faktor koreksi yang merupakan faktor bentuk batang (f), sehingga V = BHf (Simon, H. 1987).
Beberapa rumus empiris yang banyak dikenal, menentukan volume dengan menggunakan rumus umum volume silinder : V = BH tetapi dengan penyesuaian terhadap diameter yang digunakan untuk menghitung lbds-nya, misalnya rumus Brereton mengggunakan diameter yang merupakan rata-rata diameter pangkal dan ujung untuk menghitung lbds-nya ; rumus Smalian menggunakan lbds yang merupakan rata-rata lbds pangkal dan ujung ; rumus Huber menggunakan diameter tengah untuk menghitung lbds-nya ; sedangkan rumus Newton menggunakan lbds yang merupakan rata-rata lbds pangkal, tengah dan ujung di mana lbds tengah diberi bobot empat kali lbds lainnya ; dan lain-lain. Wiant, Wood dan Furnival (1992) menyatakan bahwa rumus Newton sudah sejak lama diakui sebagai rumus paling akurat untuk pendugaan volume log, dibanding rumus-rumus empiris lainnya. Rumus Newton dapat digunakan baik untuk bentuk silinder, paraboloid, konoid maupun neiloid (Simon, H. 2007).
Cara penentuan volume pohon yang paling praktis adalah dengan menggunakan tabel volume pohon. Tabel volume pohon adalah suatu tabel yang berisi nilai-nilai dugaan volume pohon pada ukuran diameter atau diameter dan tinggi pohon tertentu. Berdasarkan peubah penduga yang digunakan, tabel volume pohon dibedakan menjadi : tabel volume lokal, tabel volume baku dan tabel volume dengan kelas bentuk. Tabel volume lokal atau dikenal juga dengan istilah tariff volume adalah tabel volume dengan menggunakan dbh sebagai penduganya. Tabel volume baku adalah tabel volume dengan menggunakan dbh dan tinggi pohon sebagai peubah penduganya. Tabel volume dengan kelas bentuk adalah semacam tabel volume baku yang dibuat untuk setiap kelas bentuk batang.Baca Juga : Konsep Riap Diantara ketiga macam tabel volume tersebut, yang paling praktis adalah tabel volume lokal yang hanya menggunakan dbh sebagai peubah penduga, namun secara teoritis memiliki ketelitian yang lebih rendah dibanding tabel volume baku dan tabel volume dengan kelas bentuk. Tabel volume dibuat berdasarkan persamaan volume yang disusun dengan persamaan regresi. Persamaan regresi terbaik biasanya dipilih dari berbagai macam persamaan yang dicobakan terhadap data yang dimiliki. Dari sekian banyak persamaan regresi yang dapat dicoba, persamaan : V = aDb (di mana : V = volume pohon ; D = dbh ; a, b = konstanta), adalah persamaan regresi yang paling banyak digunakan. Selain alasan kesederhanaan model dan kepraktisan karena hanya menggunakan dbh sebagai peubah penduga, juga model tersebut adalah model yang secara matematis memiliki kerangka pemikiran (landasan teoritis) yang jelas. Persamaan V = aDb dikenal juga sebagai persamaan Berkhout (Loetsch, Zohrer dan Haller, 1973). Suhendang (1993) dalam Wood dan Wiant (1993), menyatakan bahwa menurut Bruce dan Schumacher (1950), penurunan model Berkhout tersebut adalah sebagai berikut :
1. Volume sebuah pohon dapat dinyatakan sebagai : V = ¼p(D/100)²Hf ; di mana : V = volume (m³) ; D = dbh (cm) ; H = tinggi pohon (m) ; f = angka bentuk
2. Untuk jenis pohon tertentu yang memiliki angka bentuk tertentu, maka f adalah konstanta, dan (¼p/10000)f = a adalah konstanta juga. Sehingga persamaan volume di atas menjadi : V = aD²H
3. Apabila volume meningkat proporsional terhadap pangkat tertentu dari D dan H (masing-masing selain 2 dan 1), maka persamaan volume menjadi : V = aDgHh
Apabila terdapat hubungan yang erat antara D dengan H, maka keragaman V yang disebabkan oleh keragaman H dapat dijelaskan oleh keragaman D, atau sebaliknya. Atas dasar itu maka V dapat diduga oleh D atau H saja, sehingga persamaan volume menjadi : V = aDb atau V = aHc. Baca Juga : Pengertian Hutan Normal Buku Referensi :
Husch, B. 1987. Perencanaan Inventarisasi Hutan. UI Press. Jakarta.
Simon, H. 1987. Manual Inventore Hutan. Ui Press. Jakarta.